episode 1
1
Hari Menjadi Cinta
(The
Love Of Forbidden)
Pengenalan tokoh:
Suatu sore duduk seorang remaja diteras rumahnya, raut
wajahnya menggambarkan bahwa ,pikirannya sedang tidak berada di tempat saat
itu. Gemersik angin,,bercampur riak-riuh suara daun kering membuat siapapun
yang sore itu sedang melamun akan terpecah lamunan nya, begitu pun dengan
lamunan Danu Prambudi seorang anak remaja pria berusia 19 thn, hari-harinya
yang ia lalui bersama ibu, dan adik perempuannya tidak begitu dapat membuatnya
tenang untuk melakukan studi nya semenjak ayah nya meninggal dunia.
Belum lagi penderitaan batin yang selama ini menguliti
jiwanya, menjadi sebuah lonceng raksasa yang akan menyadarkan ia tentang siapa
dia, dan bagaimana dia harus menuntaskan masalah hidup nya,
“kapan, kamu mau berangkat ke kota le?”,sapaan ibu nya
membuatnya terbangun kembali dari alam khayalan
“besok sore paling bu, danu berangkat”,dengan senyuman bibir
merahnya danu menjawab pertanyaan ibunya.
Setelah keduanya selesai berbincang, danu bergegas ke dalam
untuk menyelesaikan rutinitas rumahnya ,yang menjadi kesehariannya dan telah
mendarah daging dengan tangan dan pikirannya.
****
Kumandang Azdan maghrib menggema diseluruh penjuru Nusantara,
yang akan menggetarkan hati semua umat muslim untuk membuat dua pilihan”tetap
berkecimpung pada hal dunianya atau menuntaskan kewajibannya sebagai khalifah
Sang Penciptanya”. Aliran air padasan
membasuh setiap lekuk tubuh danu, wudhu
sore ini seperti sangat ia nikmati, ia berharap air wudhu itu mempu melunturkan
segala hal yang terburuk yang pernah ia alami dalam hidupnya.
Kekhusukan sholat nya sangat dikagumi oleh alam sekelilingya,
keadaan senja begitu tenang ,sunyi, seakan turut menikmati sholat danu kepada
sang penciptanya.
“Ya, ALLAH , ya ROBBI… hanya satu pinta hambamu bawa aku
kedalam jalan Mu yang engkau Ridhoi dan jadikan aku manusia yang Seutuhnya agar
aku dapat membahagiakan Ibu dan adikku, Amin”, sepenggal doa yang terucap dari
bibir danu
Sepertinya malam itu, malam yang membuat danu begitu lelah, ia
memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di ranjang, ketimbang mendengarkan seruan
ibunya untuk makan malam.
Diambil nya ponsel yang ada di atas meja, ia pandangi foto
sepasang manusia disana dilayar wallpaper ponselnya, gambar itu adalah foto
danu sendiri dengan seorang sahabat yang sangat ia CINTAI,, (CINTAI???????????)
Khayalan danu begitu tinggi, begitu mempesona sejak ia
memandangi foto itu, namun tiba-tiba titik air mata nya menetes, terus menangis
menganak sungai hingga membasahi bantalnya, hingga matanya terpejam, terbawa
kedalam alam mimpi tertidur dengan pulasnya, akibat lelah yang menyerang seluruh
sudut tubuh kurusnya.
(apa yang sebenarnya yang terjadi pada danu?)
***
Pukul 14:27, terik matahari seperti tak ada rasa kasihan
kepada mahluk dibumi..”panas nya minta ampun” kata itu yang seringkali terucap
dikebanyakan bibir manusia. Namun siang itu danu terlihat sibuk berkemas-kemas,
sebab sore itu dia hendak kembali ke kota Bandar lampung dan esok melanjutkan
rutinitas kuliahnya di Universitas Lampung.
“bawa beras berapa kilo, le?” disela-sela kesibukan, ibu danu melontarkan
pertanyaan nya
“bawa, 3 atau 5 kilo, aja bu paling Handoko ma yadi juga bawa
bu”, danu mencoba menjawab meski tak sepenuhnya memperhatikan.
Setelah semua siap, dan jam dinding di ruang tamu rumah danu
telah menunjukkan pukul 15:15 yang menandakan danu harus segera berangkat, jika
tidak segera maka ia kan tertinggal angkot sore itu.
“Bu, Danu berangkat dulu ya.. doa’in danu semoga kuliah danu
lacar” sore itu danu mencium tangan ibunya begitu khidmat, seolah ia tidak
ingin berpisah dari Ibu yang membesarkannya. Sejurus kemudian danu dan adik
perempuan sudah berada di jalan untuk menuju gang desanya.
“Nia, jaga ibu ya.. kamu belajar yang bener disekolah”
“iya, mas pasti…”
Sangat dalam pesan danu pada adik perempuan nya itu, kedua
kakak-beradik itu akhirnya telah tiba di ujung gang dan Nampak dari kejauhan
angkutan kota berwarna kuning.
“stasiun, om” awal sapaan danu pada sopir angkutan itu
“ya, naik” bersigap sopir menjawab lontaran pertanyaan danu
Nia tak lupa untuk mengucapkan salam jalan pada kakaknya
“hati-hati ya mas…”
Senyuman manis balasan untuk nia dari kakak yang sagat
menyayanginya itu. Bagai kilat akhirnya danu terbawa pergi oleh mobil angkutan
itu bersama hembusan angin cinta ibu dan adiknya…
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar